Senin, 14 Desember 2015

Religi Tour Balikpapan

Sebenernya judulnya mengada - ada sih......
Aslinya karena pelajaran Leta disekolah tentang agama dan tempat ibadah yang ada di Indonesia, dan dia tipe anak yang "learning by doing" jadi kami sudah merencanakan hunting tempat ibadah di Balikpapan.

Tempat pertama yang kami satroni adalah "Mahavihara Buddhamanggala", tetapi langsung dicegat penjaga dengan sukses hahahaha.....
Ternyata waktu yang diperbolehkan mengunjungi vihara ini jam 14.00 - 17.00, karena hari minggu pagi mereka sedang ibadah.
 
Ya sudahlah, kami akan kembali lagi nanti sore, sekarang kami akan mencoba mencari "Pura Giri Jaya Natha" yang katanya ada di jalan RE Marthadinata. Dengan berbekal google maps dan 3 anak yang ribut banget, akhirnya aku nyerah. Sudah 3x keliling tapi belum ketemu juga. Ah lain kali ajalah, kalo supirnya datang kami cari lagi.
 
Kamipun melanjutkan perjalanan ke "Gereja Bukit Benuas" yang ada di dekat Polda. Karena hari minggu dan sepertinya gereja juga tidak terbuka untuk umum, kami hanya bisa melihat dari luar.
 
 

 

Tidak jauh dari gereja, kami menemukan semak - semak di perumahan yang belum jadi. Dengan semangat anak - anak langsung minta turun sebentar, mau main rumput katanya.


sudah jarang ketemu yang beginian

Mbak Naya
Waktu menunjukan pukul 15.00, para pencari rumput segera menyudahi kegiatannya dan segera bergerak menuju Mahavihara Buddhamanggala.

Kaget banget liat kondisi vihara ini, tidak menyangka di Balikpapan ada tempat ibadah semegah ini. Salut banget dengan para jemaat yang membangun tempat ibadah mereka.







Perjalanan kami akhiri dengan shalat ashar di Masjid tak jauh dari vihara. Sehabis shalat kami membahas kembali perjalanan hari ini. Senang rasanya berdiskusi dengan anak - anak pintar.

Jumat, 04 Desember 2015

Puncak si Kunir dan Telaga Warna (Dieng)

Desa Sembungan merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Bukit Sikunir yang ada desa ini merupakan salah satu spot yang selalu ditawarkan di setiap paket wisata Dieng. Sayangnya kami kesini sore hari jadi tidak bisa menyaksikan sunrise yang merupakan wisata andalan Sembungan. Dan karena sedang musim kemarau, keindahan Telaga Cebong juga tidak bisa kami nikmati karena debit airnya sangat kecil. 

 


Dengan kecewa, kamipun memutuskan untuk kembali. Berbeda dengan kami, Leta sangat bersemangat disepanjang perjalanan karena dia bisa memegang awan, salah satu impiannya selama ini.

Sebelum kembali ke Wonosobo, kami memutuskan untuk singgah di telaga warna. Tapi lagi - lagi rasa kecewa kembali muncul karena Telaga Warna juga surut. Dan kekecewaan itu terobati karena melihat pohon - pohon yang sangat rindang di bagian tepi telaga. Pemandangan yang menyejukkan, sesejuk udara Dieng di Sore hari. Ayo pulang....... dingin..........


Para Princess

Mas Bibi

Telaga warna


Candi Arjuna (Dieng)

Salah satu wisata sejarah di Dieng adalah Candi Arjuna. Didekat candi ini terdapat Candi Bima yang sepertinya masih dalam tahap renovasi. Sayang sekali tidak ada guide disini, sehingga kami hanya melihat candi - candi yang ada tanpa mengetahui sejarah dibangunnya candi - candi ini.
 
Candi Arjuna juga sedang dalam tahap renovasi, Lokasi Candi Arjuna ini lebih luas dibanding dengan Candi Bima. Kompleks Candi Arjuna ini terdiri dari 5 candi, yaitu Candi Arjuna yang berhadapan dengan Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembrana.

Kompleks Candi Arjuna sedang direnovasi

Candi Arjuna

Walaupun tidak banyak informasi yang kami dapat mengenai Candi Arjuna, duduk - duduk dirumput yang empuk sambil memandangi candi sudah cukup untuk kami.





 
Buat anak - anak bermain itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dalam perjalanan keluar dari kompleks candi saja, banyak hal yang bisa mereka temukan untuk bermain.


Damdelion disini besar.....

Entah buah apa ini

Bunga Terompet

 

Kawah Sikidang (Dieng)

Dataran tinggi Dieng itu seperti komplek yang berisi wisata alam dan wisata sejarah. Lokasi tempat wisata satu dengan yang lain cukup dekat. Jadi sebelum kesini sebaiknya sudah mempersiapkan peta wisata Dieng agar bisa menentukan tujuan. Saya rasa 2 hari sudah cukup untuk menjelajah semua tempat wisata di Dieng.

Dengan sukarela Mas Bibi mau mengulang perjalanan ke Kawah Sikidang, karena dia masih terlalu bersemangat untuk mencari batu di kawah. Bau belerang yang menyengat langsung tercium pada saat kami memasuki pintu gerbang kawah Sikidang. Dari tempat parker, kami melewati pasar kecil yang menjual berbagai buah khas Dieng. Ada  kentang merah yang ukurannya lebih kecil dari kentang biasa, cabe yang gede banget, carica (papaya dieng), dll. Tapi karena berfikir makanan dirumah masih banyak, terpaksa kami harus melewati pasar tanpa berbelanja.

Dari kejauhan terlihat asap mengepul dari kawah terbesar yang ada disini. Masih ada beberapa titik yang terlihat seperti air mendidih, tetapi hanya spot - spot kecil saja.

Kawah Sikidang
 
Melihat kepulan asap di kejauhan, anak kecil itupun dengan semangat berjalan menuju kawah. Tapi berhubung ada ayunan yang lucu, mampir dulu deh dia. Seperti biasa Leta tidak akan pernah melewatkan ayunan.


Main ayunan dulu.....
Dengan susah payah kami membujuk Leta untuk segera melanjutkan perjalanan. Begitu sampai dikawah, dia hanya diam saja kemudian ribut mau menyusul Mbak Anne dan Mas Bibi yang sudah kabur ke bukit didekat kawah.
 



Dengan kaki berat, mami yang baik ini mengikuti anaknya mendaki bukit dengan lincahnya. Dari atas bukit terlihat jelas bentang alam di kawah Sikidang ini.




Tapi kami tidak sempat menikmati pemandangan, karena anak - anak segera turun setelah Mas Bibi mengajak mencari batu akik.


Dipilih..... dipilih.....

Penambang batu akik

Yang kecil gak mau kalah

Waah..... ada kristalnya....
Begitu turun dari bukit terlihat jejak - jejak ban motor, sepertinya pada waktu - waktu tertentu daerah ini dipakai sebagai lintasan motorcross.

Disepanjang jalan pulang kami menjumpai batu - batu besar yang cocok untuk tempat narsis.




Dan disepanjang perjalanan pulang, Leta masih serius sekali mengamati dan memilih batu yang akan di bawanya pulang. Gini ni kelakuan anaknya tukang batu.

Selasa, 01 Desember 2015

D-qiano Waterpark (Dieng)

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, disela - sela perjalanan kami ke Semarang, kami menempatkan diri bertemu dengan Mbah Kung n the gank di Wonosobo. Begitu sampai di Wonosobo kami langsung di jelaskan kalau di rumah sedang mati air, kalau pake air yang diirit secara banak sekali pasukan ang ada dirumah.

Akhirnya keesokan harinya kami memilih mencari pemandian saja diluar daripada harus menghabiskan persediaan air dirumah. Jadilah serombongan manusia - manusia rembes ang belum mandi tapi sudah jalan - jalan di dataran tinggi Dieng. Uuuuuuh bau......

Dijalan kami melihat petunjuk jalan sebuah telaga yang lupa dilihat namanya. Pemandangan di telaga baguuus...... tapi karena terlalu pagi belum ada aktivitas disini. Jadi kami tidak berlama - lama disini, langsung melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat mandi hehehe.....



Tanpa sengaja aku melihat spanduk "D-qiano Waterpark" dipinggir jalan, tanpa berfikir panjang kamipun mengikuti petunjuk dari spanduk tersebut. Setelah melewati lokasi pengeboran Geothermal, sampailah kami di waterpark yang dituju. Informasinya sih waterpark ini merupakan waterpark dengan elevasi tertinggi, karena memang berada di dataran tinggi. Yang asik itu, air disini hangat...... Ayo mandi..... eh berenang......
 
 

 
Untung saja disini tidak diwajibkan untuk memakai baju renang, karena ternyata baju renangnya Leta ketinggalan. Jadi dia berenang memakai dress..... mmmm..... seperti pemotretan aja.
 
Waterpark ini belum jadi sepenuhnya, sehingga hanya kolam renang anak dan kolam arus yang bisa dipakai. Ada perosotan setinggi 15 m disini, sayang tidak terlalu licin sehingga kadang anak - anak macet ditengah.
 
 
Waterpark D-qiano

pemandangan di sekitar waterpark

Kolam anak


Kolam arus

Kolam anak

Perosotan
Mas Bibi

Cheeeers....
Untung ketemu waterpark ini, kalau tidak kami mengelilingi dataran tinggi Dieng dengan kondisi yang belum mandi. Kasihan turis - turis disebelah kami hehehe.....
 
 
 

Klenteng Sam Po Kong (Semarang)

Klenteng Sam Po Kong searah dengan Bandara, jadi merupakan titik terakhir traveling kami di Semarang. Kesan pertama terhadap klenteng ini Megah dan Teduh. Di bawah pohon banyak pengunjung yang terlihat sedang bercengkerama dengan keluarga mereka. Anak - anak berlarian, anak muda sibuk selfa - selfie dengan kelompoknya. Senang rasanya melihat pemandangan seperti ini.
 
 
 


 
 
Saya pribadi Salut dengan umat Budha dan Kong hu Chu yang sangat terbuka menerima orang luar untuk masuk ke tempat ibadah mereka, walaupun ada daerah - daerah tertentu tidak diperbolehkan untuk dikunjungi karena dianggap sakral. Bahkan di klenteng ini terdapat Mushola. Ah.... andai semua orang bisa berfikir terbuka pasti tidak akan ada isu SARA yang tidak penting itu.


Mushola di Klenteng
Kalau 2 anak yang kami bawa itu udah ilang entah kemana. Sulit banget untuk membuat mereka diam sebentar untuk di foto.





Seperti di klenteng yang lain, Klenteng Sam Po Kong ini dipenuhi oleh patung yang besar - besar. Ada patung Laksamana Cheng Ho yang super besar di bagian pojong klenteng.




Didekat patung Cheng Ho, ada pohon berbunga merah yang bagus sekali, menggoda anak - anak untuk bermain disana.