Dulu waktu jaman belajar Geografi, aku hapal banget sama nama - nama danau yang ada di Kalimantan Timur, yaitu Danau Jempang, Semayang dan Melintang. Sambil menghapal sambil lihat 3 buletan warna biru di peta. Abis itu menerawang, sepertinya ketiga danau itu jauuh banget dan mustahil rasanya bisa kesana.
Tapi akhirnya kesampaian juga kami kesana. Sambil dinas, sambil ngangkut Leta dan papinya ke Kota Bangun. Balikpapan - Kota Bangun ditempuh kurang lebih 6 jam perjalanan. Sambil mencari makan malam, kami berkeliling Kota Bangun, kota yang kecil tapi nyaman. Di Kota Bangun ini terdapat 2 jembatan yang fenomenal, karena pada saat jembatan selesai di bangun, akses jalan menuju ke jembatan belum selesai. Tapi pada saat kami kesana (Feb 2016) ternyata jalannya sudah bisa digunakan. Kedua jembatan tersebut berhasil menghubungkan Kota Bangun dan Gn. Sari yang ada diseberang sungai.
.
|
Jembatan Kota Bangun |
|
Awannya bagus.... |
|
Bekas tempat istirahat para tukang pembangun jembatan |
Bagi orang yang terbiasa dikota harus siap mental di Kota Bangun, cari makan disini agak susah, dan kondisi penginapan pun seadanya. Konon kabarnya penginapan "Sebangkat Raya" yang kami tempati merupakan penginapan yang paling bagus disini.
Esok harinya, setelah membereskan urusan pekerjaan, saya langsung menghubungi taxi klotok/ketinting yang no telponnya tergeletak disalah satu meja di penginapan. Perjalanan ke Danau Semayang dimulai, seperti biasa anak kecil itu selalu bersemangat kalau ada pengalaman yang baru.
|
Duduk paling depan |
Pemandangan di kanan dan kiri sungai itu selalu membuatku takjub. Ini bukan pertama kalinya aku menyusuri Sungai Mahakam, tapi setiap kali menyusur Sungai Mahakam aku tidak pernah berhenti berdecak kagum.
Rumah - rumah disini sangat mengerti fenomena alam, dengan kata lain orang - orang di hulu Sungai Mahakam ini sangat menghormati fenomena alam. Tinggi rumah disesuaikan tinggi sungai pada saat air tinggi, dan toiletpun dibuat bisa menyesuaikan elevasi air sungai. Sederhana tapi lebih bijaksana dibanding orang - orang yang membangun rumah seenaknya terus protes kalo ada banjir.
|
Rumah - rumah di tepian Sungai Mahakan (yang kecil itu toilet) |
Disepanjang sungai terdapat keramba - keramba yang hampir semua bertuliskan "dilarang mancing disini". Oke lah Pak.... kami tidak akan mancing disitu.
|
Keramba |
|
Rumah di tepian sungai, yang parkir ketinting |
|
Anak kecil disini bukan main sepeda, tapi main ketinting |
|
Mesjid |
Kurang lebih 40 menit kemudian, kami sampai di Danau Semayang. Bengong..... itu reaksiku, bingung harus seperti apa. Kondisi danau ini betul - betul jauh dari bayanganku. Tidak seperti danau konvensional, tidak ada yang bisa kita lakukan didanau ini selain memancing. Danau ini menyatu dengan anak Sungai Mahakam, daratan yang ada belum tentu bisa disinggahi, karena tanahnya lembek. Informasi dari motoris, daratan ini terlihat karena air danau sedang surut, kalau musim penghujan, daratan tersebut akan hilang dan danau ini seperti tidak berujung. Luar biasa..........
|
Danau Semayang |
|
Danau Semayang |
|
Danau Semayang |
|
Nice.... |
Pada perjalanan pulang, kami berpapasan dengan anak - anak SD, pulang sekolah bersama teman - teman naik kelotok tanpa di damping orang dewasa. Biasa bagi mereka, mengerikan bagi emak - emak rempong macam aku.
|
Anak - anak pulang sekolah |
Satu lagi perjalanan yang menakjubkan buat kami, dan petualangan di Kota Bangun diakhiri dengan selfie cantik........
|
Cheers |